Laman

Rabu, 21 November 2012

I am Sam

“I am Sam”, menyesuaikan dengan judul film ini, maka tulisan ini coba sengaja disajikan sebagai “I story”, untuk lebih memunculkan tokoh utama “SAM”. Ini adalah film pertama yang dibintangi Dakota Fanning. Tipe film yang layak ditonton buat pecinta film keluarga yang menyentuh dan dipenuhi cerita-cerita keteladanan.



Namaku Sam.  Aku “berbeda”, orang – orang mungkin menganggapku punya kelainan mental. Ceritaku dimulai saat anakku Lusy hadir dalam hidupku. Anakku yang ditinggal pergi ibunya tak lama setelah dia lahir. Anakku yang sangat pintar, jauh lebih pintar dari padaku, mungkin karna memang aku hanya memiliki kecerdasan yang setara dengan anak usia 7 tahun. Hidup kami bahagia, sampai lusy merayakan ulang tahunnya yang ke-tujuh. Sampai mereka merasa bahwa kecerdasan Lusy sudah melampauiku, dan bahwa Lusy pantas mendapatkan orang tua yang lebih daripada aku. Orang tua yang bisa mengajarkannya membaca kata-kata sulit, mengoreksi PR perkalian matematikanya, atau membimbingnya memilih sekolah yang baik baginya.
Mereka memisahkanku dari Lusy. Membawa Lusy jauh dariku, jauh dari teman-temanku yang juga“berbeda”, yang telah menjadi paman – pamannya yang turut membesarkannya selama ini. Aku mau Lusy kembali.  Aku harus menyewa pengacara untuk itu. Pengacara yang pastinya tidak bisa aku bayar dengan gajiku sebagai pelayan di Starbuck yang bahkan tidak memperbolehkanku membuat kopi.  Tapi untunglah aku bertemu dia, ibu pengacara yang mau menolongku tanpa dibayar. Membelaku dengan berani di pengadilan, mengajarkanku banyak hal.



Tapi pengadilan itu sulit, aku tidak pernah suka ruang sidang. Aku tidak suka saat mereka memojokkanku dengan pertanyaan – pertanyaan itu. Aku benci saat mereka menemukan orangtua baru untuk Lusy. Akhirnya Lusy punya orang tua dan rumah baru.Tapi Lusy anakku, Aku ayahnya. Dan Lusy sangat –sangat menyayangiku, aku tidak berlebihan soal itu. karna Lusy selalu tidak mau membaca “kata-kata sulit” yang aku tidak bisa membacanya.  Bahkan gadis kecilku itu berani kabur dari kamar tidurnya, berjalan kaki beberapa blok, tengah malam, untuk mengunjungiku. Mengagetku, hampir tiap malam. Dan karna itu setiap malam juga aku mengantarkannya kembali  ke keluarga barunya saat ia mulai tertidur... Heem.. Lusy memang menyayangiku, dan aku juga manyayanginya... Tapi Aku SAM, Aku “berbeda”, aku tak sama dengan Lusy...

Jumat, 26 Oktober 2012

Heavenly Forest

Kepopuleran film romance Jepang mungkin g sebaik film - film drama Korea yang terkenal sangat mellow itu. Tapi film negeri sakura yang satu ini sukses menjadi salah satu unforgatable romance movie yang bikin gw tersentuh.

Kisah diawali saat Makoto yang bertemu dengan Shizuru di hari pertama mereka masuk kuliah. Karena keunikan/ kelainan yang diderita keduannya, mereka berdua akhirnya bersahabat. Shizuru yang memiliki kelainan hormon pertumbuhan hingga membuatnya berperawakan seperti bocah itu mulai tertarik dengan hobi fotografi yang digeluti Makoto. Hingga akhirnya sebuah hutan yang terlantar menjadi tempat rahasia mereka untuk berburu foto bersama. 
Seiring berjalannya waktu, Makoto pun mulai berteman dengan teman-teman di kampusnya dan perlahan mendekati Miyuki yang sudah disukainya semenjak awal masa kuliah. Dengan segala perubahan perasaan dan keadaan disekitar mereka, kisah persahabatan antara Shizuru dan Makoto tetap berjalan menyenangkan hingga suatu hari Shizuru menghilang dari kehidupan Makoto secara misterius.
Alur cerita maju mundur, pengambilan gambar yang bagus dan ke-innocent-an dua tokoh sentral dalam film ini menjadi penyebab utama gw betah nontonnya sampai akhir. Sebagai Film ber-genre romance, film ini memberikan kejutan - kejutan manis yang menyentuh. Klimaks film benar - benar di suguhkan secara pintar di akhir film.


A tale of Two Sisters

 Dongeng atau legenda di suatu daerah memang menjadi salah satu pilihan favorit untuk menjadi inspirasi dibuatnya film-film ber-genre horor. Film horor negeri ginseng yang telah di remake di Hollywood dengan judul Uninvited ini diadaptasi dari dongeng Janghwa Hongryeon atau " Red Flower, Red Lotus. 
Film ini menceritakan tentang anak perempuan (Su-Mi) yang baru kembali kerumahnya dan mendapati sang ayah sudah menikah lagi, setelah sekian lama menjalani terapi di rumah sakit jiwa setelah kematian ibunya. Dan kejadian - kejadian anehpun terus muncul sejak kepulangannya tersebut. Konflik dimulai saat dia mulai menyadari dan merasa ibu tirinya adalah sosok jahat yang selalu berbuat kejam pada adiknya (Sou-Yeoun). 
 Film horor asia? yakin nih bakal brani nonton?? Yup, itu pertanyaan bagus yang muncul di otak ini saat membaca beberapa review tentang film ini. Gimana g gentar, kalo semua review itu bilang dan memberi label film ini sebagai " The Scariest Movie". Tapi berkat my favorite Korean actress , Moon Geun-Young, menjadi salah satu pemeran utama di film ini, otak ku langsung menggiringku buat mengumpulkan keberanian buat nonton ni film. 
Dan seperti yang telah aku prediksikan sebelumnya, film ini memang sangat layak masuk daftar "Movies that should be watched", bahkan buat orang yang g terlalu berani nonton film horor. Karena di film ini - untunglah- tidak terlalu banyak memunculkan image-image hantu seperti umumnya yang disuguhkan kebanyakan film horor. Tapi jangan juga terus men-judge bahwa film ini g serem  ya.. karena dari awal film sampai akhir aura gloomy selalu melekat dilayar monitar anda..

Satu lagi nilai point yang bikin give thumbs up, adalah kenyataan bahwa penggunaan alur tarik balik yang ngebuat kita makin penasaran dengan akhir cerita ini. Agak membingungkan memang awalnya, tapi justru itu yang bikin klimaks film ini makin dapet...

Kamis, 25 Oktober 2012

The ARTIST

Yeah, this is my first black and white silent movie..





Awalnya rada g yakin bakal tertarik buat nonton film yg satu ini, secara dari tampilan cover film-nya aja yang kebayang udah btapa ngebosenin dan sepinya nih film. Tapi berkat beberapa review positif tentang film ini, termasuk udah berapa banyak penghargaan yang didapet, akhirnya bulatlah tekat buat menjajal film yang dibintangi Jean Dujardin ini.
 Film ber-genre komedi romantis ini mengambil latar Hollywood ditahun 1920an, dimana sedang terjadi transisi di dunia film. Kejayaan film bisu mulai tergeser dengan munculnya film- film baru yang mulai dapat menyuguhkan suara dialog-dialog para pemainnya. 
Dari pandangan manusia awam penikmat film seperti ku ini, mungkin yang bikin film ini menarik buat di tonton adalah kecerdasan sang director dalam menyampaikan seluruh inti cerita dalam film ini melalui gerakan, musik, text dan pemilihan tiap adegannya, sampe scara g sadar kita udah  bisa ngebaca jalan cerita itu mengalir mulus tanpa sedikitpun membuat kita bingung dan bosan karena selalu ada sisipan-sisipan lelucon ditiap adegannya. 
It's a nice movie..
Buat para pecinta film, sangat disayangkan klo sampai melewatkan film yang satu ini. Kapan lagi coba ada film "bisu" yg dirilis di abad yang serba "rame" dan colorfull ini..
This is a rare opportunity..:)